Mata terpaku menatap rembulan, diri
tersandar dalam renungan dan fikirpun melayang jauh menembus angan. Cahaya
gemerlapan bertabur di langit menjadi tempat menggantung harapan. Awan-awan
berjalan beriringan bak kawanan domba di tengah gemerlapnya cakrawala.
Hati menanti sebuah harapan, mengharap sebuah mukjizat
ilahi. Angin malam sampaikanlah dukaku, bintang-bintang kirimkan pesanku.
Katakan pada sang dewi gelisah didada tiada
terhenti.
Hidup bagai pungguk merindukan sang rembulan, menanti cinta
tak kunjung tiba. Hati merindu semua kenangan. Gelak tawa saat cinta bersemi,
suka ria habiskan hari, suka duka jalani bahari.
Kata tak dapat lagi terangkai, pilu tak dapat terbendung
lagi, deret tetesan air mata tak lagi dapat tercerai, fikir tak lagi dapan
merangkai.
Hati hanya bisa memutar kembali, memory merdu dikala itu.
Tuhan,,,,,, akankah semua dapat kembali? Akankah bahtera kembali berlayar?
Lama sudah bahtera tersandar, pada pulau derita tiada
berpenghuni. Dimakah sang nahkoda hati, berjalan pergi tiada berpesan.
Teringat saat bahtera jaya, berlayar tangguh di samudera
kehidupan. Bertiang setia, berlayarkan cinta. Dengan nahkoda sang dewi cinta.
Kini bahtera berlabuh dipulau penderitaan, bertiang setia
tanpa layar. Ingin rasanya kibarkan kembali layar cinta yang dulu indah.
No comments:
Post a Comment