Disini, diruang sepi ini aku terdiam membisu, memandang lurus. Tepat mengarah ke sebuah dinding ruangan yang kumuh, tempat dimana aku mengabadikan certia cinta kita yang dulu sangat indah. Sesekali ku bakar lagi batangan penenang jiwa ini.
Tak perduli sudah berapa banyak yang ku habiskan, sesekali
aku keluar ruangan, mengosong wadah yang telah penuh dengan abu-abu sisa pembakaran.
Setiap kali kenangan kita mengisi ruang fikirinaku, airmata ini mengalir dengan
sendirinya.
Setiap kali ku pandangi foto hari itu, hari dimana ku
memberikan sebuah kejutan ulang tahun padamu. Setitik senyuman kecil terukir
diwajahku, namun senyuman itu seketika berubah menjadi tetesan air meta kala
aku mengingat betapa jahatnya aku padamu.
Kamu selalu ada untukku, kamu selalu bisa mengerti
perasaanku, hanya kamu yang selalu membuat aku tersenyum ketika aku sedang
berduka. Tapi apa yang aku berikan untukmu?
Apa yang sudah aku berikan padamu? Selama ini aku hanya
memberikan rasa sakit padamu, aku tak pernah memikirkan perasaanmu, aku hanya
mementingkan egoku saja.
Kini, setelah kamu tak lagi disampingku, setelah kamu
berpaling pada hati yang lainnya, baru ku sesali semua yang telah terjadi. Sudahlah,
menyesal di akhir tiada berguna, kini aku hanya dapat mendo’akan kamu agar
menemukan kebahagian diluar sana.
No comments:
Post a Comment